Kembali, Ketua Umum Partai Gerindra, Prabowo Subianto mengeluarkan pernyataan yang mana menurut banyak pengamat politik tidak didukung data yang kuat dan menjadi blunder bagi dirinya sendiri.
Dalam pernyataanya yang dilontarkan pada saat datang ke kediaman Ketua MPR Zulkifli Hasan tersebut, Prabowo mengatakan bahwa sekarang ini hutang Indonesia sudah mencapai Rp 9 ribu triliun.
Jumlah tersebut berasal dari hutang untung pemerintah sebesar Rp 4.060 triliun, hutang untuk BUMN nonlembaga keuangan sebesar Rp 630 triliun dan hutang untuk lembaga keuangan publik sebesar Rp 3.850 triliun.
“Kalau kita jumlahkan ya hampir Rp 9.000 Triliun. Utang-utang kita sudah sangat membahayakan. Selain utang pemerintah, ada utang lembaga-lembaga keuangan milik pemerintah dan utang-utang BUMN. Kalau dijumlahkan sungguh sangat besar,” kata Prabowo.
Prabowo sendiri menyebutkan pembagian hutang-hutang Indonesia dengan total sebesar Rp 9 ribu triliun tersebut berdasarkan data Statistik Uang Sektor Publik Kementerian Keuangan 2018 yang kemudian menggunakan asumsi kurs USD 1 sama dengan Rp 14 ribu per tutup tahun 2017.
Dengan mengambil dasar tersebut, Prabowo kembali berkomentar bahwa sekarang ini kondisi perekonomian Indonesia sudah sangat membahayakan. Bahkan uangkapan kondisi membahayakan tersebut dia dapatkan dari ulasan Bloomberg yang mengutip hasil kajian Moody’s Coorperation.
“Saya akan kutip dari Bloomberg. Bloomberg mengutip Moody’s yang mengatakan bahwa situasi ekonomi kita berbahaya. Kalau Prabowo bilang berbahaya pasti dari orang-orang bilangnya saya pesimistis,” tegasnya.
Nampaknya, pernyataan tersebut sepertinya memang sengaja dilontarkan Prabowo sebagai jawaban atas tudingan bahwa dirinya adalah orang pesimistis karena pernah mengatakan bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030 mendatang, berdasarkan tulisan di sebuah novel fiksi berjudul “Ghost Fleet.”
Setelah Prabowo memberikan pernyataannya itu, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati langsung mengemukakan pendapatnya disertai dengan data yang lebih jelas.
Menurut Sri Mulyani, seharusnya jika ingin menjelaskan total hutang Indonesia, maka Prabowo harus menggunakan parameter sebanding atau apple to apple.
Sri Mulyani juga menegaskan bahwa sampai dengan akhir bulan Mei 2018 kemarin, hutang Indonesia dirasa masih cukup aman, yaitu sebesar Rp 4.169,09 triliun. Tidak ada catatan data seperti yang diungkapkan Prabowo, yaitu dengan total sebesar Rp 9.000 triliun.
“Jadi kalau bandingkan apple to apple, karena sering kan ngomongin Rp 9.000 triliun, terus kemudian datanya pemerintah seperti gimana? Dari dulu pemerintah kan mengelola APBN. Posisi utang pemerintah posisi Mei Rp 4.169 triliun itu dibanding seluruh PDB tetap 29 persen kan sekitar itu,” jawab Sri Mulyani.
Tidak hanya merunut pada data hutang saja, Sri Mulyani juga menyarankan agar Prabowo mampu menganalisis data dengan mengikutsertakan total Produk Domestik Bruto (PDB) serta aset yang dimiliki.
“Jadi kalau membahas ya konsisten saja. Kalau utang korporasi, ya dia dibandingkan volume korporasi. Kalau BUMN ya dibandingkan total aset dan revenue-nya. Utang rumah tangga ya terhadap rumah tangga. Oleh karena itu, yang saya ingin komentari, pemerintah itu tetap akan menjaga pengelolaan keuangan negara dan APBN secara hati-hati, yaitu ikuti perundang-undangan, mengikuti indikator-indikator kesehatan keuangan. Jadi kami bisa menjaganya secara baik,” lanjut Sri Mulyani.