film lima
Film LIMA besutan Lola Amaria yang dirilis bertepatan dengan Hari Lahirnya Pancasila merupakan salah satu karya yang sudah ditunggu. Film ini sendiri diklaim bisa membangkitkan semangat Pancasila di kalangan masyarakat Indonesia dan bisa ditonton mulai usia 13 tahun ke atas. 
Sayangnya, Lembaga Sensor Film Indonesia malah mengkategorikan film ini untuk usia 17 tahun ke atas dengan berbagai pertimbangan.
Lola meski mengaku menyayangkan hal tersebut, namun ia optimis film buatannya masih tetap akan banyak ditonton. 
Hal ini karena banyaknya komunitas yang mengadakan nonton bareng untuk menyaksikan film bermuatan edukatif ini, seperti HIPMI, Komunitas Cinta Berkain, Satu Indonesia, dan Komunitas Perempuan Berkebaya. Ia pun berharap lewat banyaknya acara nonton bareng tersebut, film LIMA akan lebih bisa diterima di masyarakat luas.
“Saya mengetahui di berbagai bioskop Tanah Air dilakukan nonton bareng film LIMA. Saya berharap ini akan terjadi seterusnya dan dapat diterima dengan baik oleh masyarakat luas,” ungkap Lola.
Menurut Lola, hingga saat ini ada lebih dari 30 komunitas yang nonton bareng film tersebut. Bukan tujuan materi yang pertama ingin dicapai Lola, melainkan ia ingin lebih banyak orang belajar tentang nilai-nilai Pancasila yang ada di balik film tersebut. 
Dengan semakin banyak orang yang menonton, Lola berharap pesan moral didalamnya bisa lebih tersampaikan.
“Ya semoga semakin banyak masyarakat yang bisa menyaksikan dan semakin bisa memahami nilai-nilai Pancasila setelah menonton film LIMA,” tutur Lola.
Film ini pun mendapatkan tanggapan yang beragam dari para penontonnya, termasuk Purwacaraka yang beberapa waktu lalu ikut menyaksikan film tersebut. Ia mengungkapkan film itu sarat nilai moral dan sangat cocok ditonton oleh remaja.
“Ini film baik dan sangat bagus. Sangat layak ditonton oleh anak-anak remaja dan juga usia perkembangan. Saya rasa anak sekolah dasar 13 tahun ke atas akan dengan baik menerima dan memahaminya. Tidak ada yang salah di film ini,” ujar Purwacaraka.
Sebagai sutradara sekaligus produser film tersebut, tujuan utama Lola bukanlah untuk meraup keuntungan sebanyak mungkin. Ia justru ingin psan moral yang ada di dalam film LIMA tersebut menjadi pelajaran berharga untuk masyarakat Indonesia. 
Film ini sendiri merupakan sebuah omnibus yang dikerjakan oleh 5 sutradara berbeda. Seperti pada judulnya, film ini mewakili 5 sila Pancasila yang diolah menjadi cerita berbeda. Lola juga sempat mempromosikan film tersebut melalui akun instagramnya.
“Karena kami Pancasila, 5 sutradara, 5 cerita, satu keluarga, Indonesia. Film LIMA, mulai 31 Mei 2018 di bioskop,” demikian bunyi caption Lola.
Dalam film ini, Lola bekerja sama dengan sutradara lain seperti Shalahuddin Siregar, Tika Pramesti, Harvan Agustriansyah, dan Adriyanto Dewo. Berkisah tentang kehidupan sehari-hari yang dekat dengan masyarakat, film ini sekaligus mengedepankan lima unsur dalam dasar negara Indonesia. 
Film ini dibintangi aktor dan aktris kenamaan Indonesia dan tentu saja layak untuk ditonton bersama dengan keluarga.